Hoaks dan Deepfake Pasca Kerusuhan di Indonesia: Ancaman Baru di Era Digital

Beberapa waktu lalu, Indonesia diguncang oleh gelombang protes dan kerusuhan di sejumlah daerah. Namun, di balik kejadian tersebut, muncul fenomena lain yang tak kalah berbahaya: penyebaran hoaks dan deepfake di media sosial. Isu ini menjadi sorotan setelah Prof. Harris Arthur Hedar, Ketua Dewan Pembina Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), mengingatkan bahwa hoaks dan konten manipulatif bisa memperkeruh keadaan sosial dan mempercepat eskalasi konflik.

Apa Itu Deepfake dan Mengapa Berbahaya?

  • Deepfake adalah teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang memanipulasi wajah atau suara seseorang agar terlihat nyata, meski sebenarnya palsu.
  • Konten semacam ini bisa disalahgunakan untuk menyebarkan kebencian, fitnah, atau propaganda politik.
  • Di tengah situasi kerusuhan, deepfake dan hoaks bisa memicu kepanikan publik dan memperburuk konflik.

Hoaks Pasca Kerusuhan

Setelah kerusuhan, banyak informasi palsu beredar cepat di WhatsApp, Facebook, hingga X (Twitter). Beberapa di antaranya berupa:

  1. Video manipulatif yang menampilkan pejabat seolah-olah membuat pernyataan provokatif.
  2. Gambar editan kerusuhan yang dilebih-lebihkan.
  3. Informasi palsu soal jumlah korban jiwa maupun penangkapan.

Jika tidak difilter dengan baik, masyarakat bisa terprovokasi dan menyebarkan kembali informasi palsu tersebut, sehingga situasi semakin memanas.

Pentingnya Perlindungan di Dunia Nyata

Kerusuhan bukan hanya meninggalkan dampak sosial, tetapi juga kerusakan fisik pada fasilitas publik maupun bangunan. Di tengah kondisi rawan ini, pemilihan material bangunan yang tahan lama dan aman menjadi penting.

Salah satu contohnya adalah penggunaan atap UPVC yang dikenal:

  • Tahan benturan & cuaca ekstrem → mampu melindungi bangunan dari kerusakan saat situasi tidak terduga.
  • Kedap suara → mengurangi kebisingan dari luar, termasuk saat kondisi lingkungan tidak kondusif.
  • Ramah lingkungan & tahan lama → investasi jangka panjang untuk melindungi rumah atau fasilitas publik.

Dengan demikian, selain melawan hoaks dan deepfake di dunia digital, masyarakat juga perlu mempersiapkan perlindungan fisik bangunan agar tetap aman meski terjadi kerusuhan atau gangguan lingkungan.

Kesimpulan

Kerusuhan di Indonesia baru-baru ini mengajarkan kita dua hal penting:

  1. Bijak bermedia sosial agar tidak terjebak hoaks dan deepfake.
  2. Bijak memilih material bangunan, seperti atap UPVC, untuk menjaga keamanan rumah dan fasilitas dari dampak kerusuhan maupun iklim ekstrem.

Kekuatan bangsa bukan hanya terletak pada stabilitas sosial, tapi juga pada ketahanan infrastruktur yang bisa melindungi masyarakat di masa sulit.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top